Rabu, 12 Desember 2012

Menemukan "EMAS HITAM dalam EMAS HIJAU"



"Apa itu emas hitam?, bagaimana bisa ada emas hitam dalam emas hijau. Emas hitam yang satu ini bukan emas biasa dan emas ini memili sifat "racun" yang berbahaya dan mengancam kehidupan manusia ketika jumlah emas hitam ini jumlahnya selalu meningkat. Emas hitam beracun, mungkin itu istilah yang baik untuk menggambarkan "carbon". Emas disini carbon bisa menjadi komuditi perdagangan internasional yang memiliki nilai jual yang makin tinggi akibat meningkatnya emisi carbon yang dihasilkan oleh negara-negara produsennya.  Sedangkan beracun artinya dampak yang ditimbulkan akibat meningkatnya emisi carbon menyebabkan peningkatan pemanasan global dan menjadi ancaman serius bagi manusia. Emas hitam dalam emas hijau, emas hitam/carbon disini bisa kita temukan di dalam tegakan jati dan jati sendiri terkenal sebagai emas hijau yang harganya hanya bisa di tandingi dengan harga emas yang selalu naik. 

Emas hijau/jati terbentang luas dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia, Jawa misalnya hampir seluruh daratannya terbentang hutan jati yang luas kalau di nominalkan dalam rupiah luar biasa sekali jumlahnnya. "Emas hitam" saya menyebutnya demikian karena dengan keyakinanan yang tinggi suatu saat nanti carbon akan menjadi komoditi perdagangan dimana mekanismenya sudah diatur dalam Protocol kyoto. Dijelaskan bahwa Perdagangan karbon adalah mekanisme berbasis pasar yang memungkinkan terjadinya negosiasi dan pertukaran hak emisi gas rumah kaca. Siapa penjual ? Pemilik yang mengelola hutan atau lahan pertanian bisa menjual kredit karbon berdasarkan akumulasi karbon yang terkandung dalam pepohonan di hutan mereka. Siapa pembeli ? Pemilik industri yang menghasilkan CO2 ke atmosfer memiliki ketertarikan atau diwajibkan oleh hukum untuk menyeimbangkan emisi yang mereka keluarkan melalui mekanisme sekuestrasi karbon. Bayangkan begitu banyaknya emas di negara kita tercinta ini dan sungguh sangat ironi bila dengan kekayaan yang melimpah ini rakyatnya masih belum sejahtera, tinggal kita mau memanfaatkan serta mengelolanya dengan baik "JUJUR".dan "AMANAH
"JANGAN BERBELOK" MAKAN YANG KENYANG DIRUMAH" wahai para pengelola hutan tanaman dan hutan alam di Indonesia.

Tidak ada komentar: