Negara kita ini memiliki dua musim setiap tahunnya musim panas (kemarau) dan musim dingin (musim hujan), dua musim yang betolak belakang ini kadang menggambarkan juga sikap dari para pembuat kebijakan kehutanan dimana saat panas kemrungsung untuk segera memperbaiki hutan yang sudah sedemikian parah rusaknya dengan proyek-proyek fantastis, 5 tahun terakhir ini misalnya, dimulai dari GERHAN, OMOT sampai yang sekarang sedang berlangsung OBIT yang karena kemrungsung tadi semua proyek ini dilakukan tanpa persiapan yang matang akibatnya tabrak sana tabrak sini yang akhirnya seperti proyek-proyek sebelumnya yang semula bertujuan baik malah menjadi tidak baik. Padahal sudah berapa milyar bahkan berapa trilyun negara mengeluarkan anggaran untuk proyek-proyek yang fantastis ini menjadi "muspro" atau tidak bermanfaat karena tidak tepat sasaran untuk pembangunan kehutanan.
Semua proyek yang sifatnya atau modelnya seperti ini sudah barang tentu banyak mengalami kegagalan atau tidak berhasil karena ibarat musim di indonesia yang singkat waktunya perencanaan proyek ini pun di persiapkan dengan singkat pula yang akibatnya ya ekivalen dengan bertambahnya kerusakan hutan menjadi makin parah. Tidak bermaksud membandingkan dengan pengelolaan hutan yang dilakukan Belanda (VOC) dijamannya bagaimana VOC mengelola hutan jati di Jawa sampai full-stocked tetapi kenyataanya dengan kondisi hutan kita seperti ini rusaknya tidak salah rasanya kita melihat kembali sejarah bagimana mengelola hutan yang ideal. "Perencanaan" sebuah kata yang memiliki pengaruh luar biasa pada pengelolaan hutan di Indonesia, VOC membutuhkan perencanaan 100 tahun untuk membuat konsep houtvesterij oleh Djatibedrijfs yang mengatur pengeloaan hutan sehingga jati di jawa dalam waktu 12 tahun sudah fullstocked. Apakah kita butuh waktu selama itu untuk memperbaiki kondisi hutan ini? jawabanya tentu saja tidak pertimbangannya adalah teknologi yang digunakan jaman dulu masih sangat sederhana jadi wajar kalau membutuhkan waktu yang lama saat ini teknologi dan modern sudah luar biasa canggihnya sehingga tidak dibutuhkan waktu yang lama hanya saja perlu perencanaan yang benar-benar matang setiap akan meluncurkan program. Musim dingin korelasinya adalah sikap pemerintah yang dingin-dingin saja ketika permasalahan kerusakan hutan yang melibatkan atau membutuhkan tindakan hukum bagi cukong-cukong yang nakal, pejabat-pejabat yang menjadi komisaris atau direktur HPH yang nakal, Oknum aparat militer dan penegak hukum yang menjadi beking HPH atau HTI yang nakal, atau pimpinan-pimpinan partai yang berkuasa atau bagian dari pemerintahan yang memiliki HPH atau HTI nakal dan lucunya sikap pemerintah akan kembali panas dengan menegakkan hukum bagi penggembala ternak di hutan, pencari rencek untuk kebutuhan memasak, atau masyarakat yang mencoba menggarap sebagian lahan kritis akibat HPH yang tidak mau menanam kembali, hal yang dianggap sebagai pelanggar hukum sungguh sangat ironi.
Semua proyek yang sifatnya atau modelnya seperti ini sudah barang tentu banyak mengalami kegagalan atau tidak berhasil karena ibarat musim di indonesia yang singkat waktunya perencanaan proyek ini pun di persiapkan dengan singkat pula yang akibatnya ya ekivalen dengan bertambahnya kerusakan hutan menjadi makin parah. Tidak bermaksud membandingkan dengan pengelolaan hutan yang dilakukan Belanda (VOC) dijamannya bagaimana VOC mengelola hutan jati di Jawa sampai full-stocked tetapi kenyataanya dengan kondisi hutan kita seperti ini rusaknya tidak salah rasanya kita melihat kembali sejarah bagimana mengelola hutan yang ideal. "Perencanaan" sebuah kata yang memiliki pengaruh luar biasa pada pengelolaan hutan di Indonesia, VOC membutuhkan perencanaan 100 tahun untuk membuat konsep houtvesterij oleh Djatibedrijfs yang mengatur pengeloaan hutan sehingga jati di jawa dalam waktu 12 tahun sudah fullstocked. Apakah kita butuh waktu selama itu untuk memperbaiki kondisi hutan ini? jawabanya tentu saja tidak pertimbangannya adalah teknologi yang digunakan jaman dulu masih sangat sederhana jadi wajar kalau membutuhkan waktu yang lama saat ini teknologi dan modern sudah luar biasa canggihnya sehingga tidak dibutuhkan waktu yang lama hanya saja perlu perencanaan yang benar-benar matang setiap akan meluncurkan program. Musim dingin korelasinya adalah sikap pemerintah yang dingin-dingin saja ketika permasalahan kerusakan hutan yang melibatkan atau membutuhkan tindakan hukum bagi cukong-cukong yang nakal, pejabat-pejabat yang menjadi komisaris atau direktur HPH yang nakal, Oknum aparat militer dan penegak hukum yang menjadi beking HPH atau HTI yang nakal, atau pimpinan-pimpinan partai yang berkuasa atau bagian dari pemerintahan yang memiliki HPH atau HTI nakal dan lucunya sikap pemerintah akan kembali panas dengan menegakkan hukum bagi penggembala ternak di hutan, pencari rencek untuk kebutuhan memasak, atau masyarakat yang mencoba menggarap sebagian lahan kritis akibat HPH yang tidak mau menanam kembali, hal yang dianggap sebagai pelanggar hukum sungguh sangat ironi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar